Senin, 26 Desember 2011

STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG NGRESAP



STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG NGRESAP
Struktur sosial adalah suatu fenomena sosial yang merupakan susunan lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga sosial yang secara sengaja dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk menciptakan suatu keteraturan sosial dengan mengatur hubungan-hubungan antar manusia dalam rangka memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup mereka, keteraturan sosial ini juga untuk menunjuk pada perilaku yang diulang-ulang dengan bentuk atau cara yang sama. Atau dengan kata lain struktur sosial merupakan keseluruhan jalinan unsur-unsur sosial yang pokok yaitu Kelompok-kelompok sosial, Lembaga-lembaga sosial, Norma-norma sosial, dan Stratifikasi sosial.[1]
Sebagai contoh yaitu struktur sosial masyarakat kampung Ngresap. Kampung Ngresap merupakan bagian dari desa Gulon, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Kampung ini berada pada RW 9, terdiri dari 5 RT. Berpenduduk 150 KK, dengan jumlah penduduk sekitar 600  jiwa. Komoditas pertanian yang paling menonjol diusahakan adalah padi. Kampung Ngresap dikelilingi dengan lahan persawahan sehingga mayoritas dari mereka memilih untuk bekerja sebagai petani dan buruh. Namun, ada juga yang bekerja sebagai polisi, guru, tentara, peternak kerbau, pengrajin kusen, tukang ojek, kuli bangunan, pedagang dan lain-lain.
Kampung Ngresap merupakan bagian dari Desa Gulon, tetapi kampung ini juga memiliki sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Sarana dan prasarana yang tersedia di kampung Ngresap di antaranya terdapat masjid, mushola, lapangan volly, lapangan bulutangkis, pos ronda, sarana irigasi, TK, SD, dan lain-lain. Sebagian besar masyarakat Kampung Ngresap telah memiliki media informasi elektronik sendiri, seperti televisi, VCD, dan radio. Untuk sarana transportasi seperti mobil, sepeda motor, dan sepeda.
Mayoritas masyarakat Kampung Ngresap merupakan warga asli daerah setempat, sehingga tingkat kekerabatan di antara mereka masih sangat kental atau masih sangat tinggi, misalnya di lihat dari persebaran tempat tinggalnya yang pada umumnya rumah-rumah yang bersebelahan adalah masih mempunyai hubungan secara keluarga. Sebagai contoh, Pak Tarmidi yang menjabat sebagai Pak Kadus rumahnya berdekatan dengan rumah orang tuanya dan tiga saudaranya yang saling bersebelahan satu sama lain. Masyarakat Kampung Ngresap sangat memegang teguh prinsip gotong-royong dan musyawarah untuk mufakat dalam kehidupan sehari-harinya, hal ini terlihat ketika akan memperbaiki Masjid atau jalan. Sebelum memulai pekerjaan mereka bermusyawarah untuk membahas pembelian material dan kemudian dalam melakukan perbaikan pun dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat setempat. Hal ini merupakan salah satu bukti eksistensi dari nilai sosial di kampung ini.
Secara garis besar, mayoritas kehidupan masyarakat di kampung ini  juga dilandasi oleh nilai-nilai religius yang kuat. Hal ini dibuktikan seluruh masyarakat Kampung Ngersap menganut agama yang sama yaitu Islam. Kegiatan pengajian selalu diadakan rutin bulanan untuk ibu-ibu, dan tahlilan mingguan untuk bapak-bapak. Dan dari nilai-nilai tersebut muncullah norma-norma sebagai pedoman perilaku masyarakat. Misal seorang anak muda jalan di depan orang yang lebih tua maka harus mengucapkan salam atau permisi. Hal tersebut merupakan salah satu contoh perilaku yang mentaati norma kesopanan. Dan apabila hal tersebut dilanggar sanksinya hanya berupa gunjingan dari masyarakat. Masih banyak lagi norma yang diterapkan di kampung Ngresap seperti Norma Kesusilaan, norma agama, norma hukum.
Rata-rata pendidikan masyarakat Kampung Ngresap  hanya sampai jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) saja, namun ada juga lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menenah Atas (SMA) bahkan perguruan tinggi tapi masih sangat jarang dan nampaknya bisa dihitung dengan jari. Hal ini umumnya disebabkan faktor ekonomi keluarga yang tidak mendukung untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena faktor keterbatasan biaya sekolah. Selain itu disebabkan karena pemikiran orang tua yang menganggap pendidikan atau sekolah tidak penting. Sebagian besar masyarakat Kampung Ngresap bermata pencaharian sebagai buruh tani, karena hanya sebagian kecil saja masyarakat Kampung Ngresap yang memiliki sawah sendiri.
Dalam struktur masyarakat Kampung Ngresap terdapat dua kelompok sosial yang memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan tersebut terdapat pada faktor produksi utama dalam pertanian, yaitu tanah. Kelompok sosial yang terbentuk di Kampung Ngresap adalah kelompok petani dan kelompok buruh. Kelompok petani adalah mereka yang punya lahan sedangkan mereka yang tidak punya lahan adalah kelompok buruh yang hanya menggarap sawah.
Perbedaan kedua kelompok sosial yang ada di Kampung Ngresap membawa berbagai implikasi dalam kehidupan sosial. Kedua kelompok sosial tersebut hidup bersama dalam satu tatanan masyarakat dan saling berinteraksi satu sama lain. selain itu masih ada beberapa kelompok sosial yang ada di kampung Ngresap untuk yang ibu-ibu misal, kelompok arisan, kelompok PKK, kelompok ibu-ibu muslimatan, untuk bapak-bapak antara lain jumatan, seninan, sedangkan untuk anak muda kelompok karang taruna dan sepak bola.
Di masyarakat kampung Ngresap juga terdapat beberapa lembaga, misal lembaga keluarga. Keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, di mana di dalamnya terdapat hubungan yang intim. Keluarga juga mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk melanjutkan keturunan, perawatan terhadap anggota keluarga, sebagai unit ekonomi, sebagai pengawas dan untuk menetapkan status.[2] Tentunya fungsi keluarga di masyarakat kampung Ngresap sama dengan fungsi keluarga secara umum. Selain keluarga masih ada lembaga-lembaga lain seperti lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan.
Struktur sosial dari masyarakat kampung Ngresap yang terakhir yaitu stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Pelapisan masyarakat di Kampung Ngresap merupakan pelapisan sosial terbuka yang memberikan peluang pada warganya untuk mengadakan gerak perubahan di dalam pelapisan sosial, sehingga individu-individu dalam sistem sosial kemasyarakatan mempunyai peluang untuk melakukan mobilisasi sosial. Dimensi Pelapisan sosial di kampung Ngresap sesuai dengan yang dikemukakan Bernard Barber yaitu didasarkan oleh kekayaan atau pendapatan, kekuasaan, kehormatan dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat. Dasar-Dasar Terjadinya Stratifikasi Sosial di Kampung Ngresap.
Dasar Kekayaan
Suatu masyarakat yang memiliki kekayaan cukup banyak dapat dikategorikan termasuk orang yang cukup terpandang oleh sekitarnya. Ukuran kekayaan itu dapat dilihat dari kepemilikan tanah, mobil pribadi dan sebagainya. Namun, sesuai dengan pengamatan saya di Kampung Ngresap ukuran kekayaan yang seperti di atas masih sedikit atau jarang. Karena untuk ukuran kekayaan di kampung ini dilihat dari kepemilikan terhadap luas lahan persawahan, ternak kambing maupun kerbau, pendapatan dari usaha sendiri seperti warung.
Dasar Kekuasaan
Di Kampung Ngresap, masyarakat yang memiliki kekuasaan dalam politik lokal setempat atau yang mempunyai wewenang besar dalam memutuskan suatu perkara mengenai masyarakat akan lebih dihormati keberadaannya. Sebagai contoh yang saya temukan di kampung saya adalah Pak Tarmidi dan Pak Muchamim dalam hal ini beliau menjabat sebagai Kepala Dusun dan Ketua RT. Oleh karena itu keberadaan mereka sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka kekuasaan ini dijadikan modal untuk mengatur kehidupan antar warga Kampung Ngresap.
Dasar Kehormatan
Pada umumnya orang yang paling dihormati oleh masyarakat Kampung Ngresap adalah orang-orang yang termasuk ke dalam golongan tua, karena anggapan masyarakat setempat mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan dengan kaum yang masih muda dan juga mereka beranggapan bahwa orang yang termasuk ke dalam golongna tua itu di dalam riwayat hidupnya pernah berjasa terhadap keberadaan Kampung Ngresap. Sebagai contoh dalam hal ini adalah Bapak Dulbasir, beliau termasuk salah satu warga yang dihormati dan disegani karena dengan melihat usianya beliau dianggap sebagai orang yang dituakan oleh masyarakat setempat. Mengingat di kampung ini masih berlakunya sebuah norma, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua.
Dasar Pengetahuan
Di Kampung Ngresap, masyarakat menempatkan orang yang memiliki pengetahuan atau pendidikan tinggi sebagai orang yang paling dihormati. Hal ini disebabkan karena masih sedikitnya warga yang berpendidikan tinggi.
Sumber
Soerjono, soekanto. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali


[1] Soerjono Sukanto dan Soleman B. Taneko, 1984, Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, Jakarta: CV Rajawali. Hlm 12.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management